“BISA TAPI SULIT, ATAU SULIT TAPI BISA?”
(Yeremia 31:31-37; Roma 6:1-14)
Seorang pelari marathon harus menempuh jarak sejauh 42,195 km. Bukan jarak yang pendek, tentu saja. Untuk dapat menyelesaikan jarak sedemikian, seorang pelari marathon tidak dapat mengandalkan ketrampilannya mengayunkan kaki untuk berlari saja. Lebih dari itu, ia harus mempunyai mental baja, hati yang teguh, dan komitmen yang kokoh. Ia harus terus berlari ke depan, tanpa terlalu memusingkan berapa kilometer yang sudah ia tempuh, atau berapa kilometer lagi yang masih harus ia tempuh. Ia hanya terus berlari, berlari, dan berlari. Dengan kata lain, seorang pelari marathon bukan hanya dituntut untuk bersaing mengalahkan para pelari lainnya, namun yang paling berat adalah : mengalahkan diri sendiri. Mengalahkan kelelahan tubuh dan keinginan untuk berhenti berlari.
Kerap kali dalam hidup ini, kita pun dituntut untuk mengalahkan diri kita sendiri. Mengalahkan keinginan untuk berhenti dan menyerah di tengah perjuangan. Saat menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk hingga larut malam. Ketika harus mengerjakan pelayanan ke tempat yang jaraknya jauh. Atau, ketika harus terus bersabar menghadapi orang yang selalu melakukan kesalahan atau mengesalkan hati kita. Jujur saja, dalam situasi-situasi seperti itu, kita menjadi sangat mudah tergoda untuk menyerah. Untuk masa bodoh dengan masa depan. Untuk tak ambil peduli dengan kepentingan orang lain. Atau, membuang pengharapan untuk menjaga relasi dengan orang lain.
Tuhan tak pernah menyerah pada kita. Betapa pun kita selalu jatuh bangun dalam kehidupan ini, kasih setia-Nya senantiasa menyambut kita dengan tangan yang terbuka. Atas setiap pelanggaran, Tuhan menunggu kita datang pada-Nya mohon pengampunan. Karenanya, jangan pernah menyerah dalam mencoba hidup seturut kehendak-Nya. Memang sulit, tapi pasti bisa! Tuhan memberkati.
Saudaraku, tidak inginkah kita naik tangga iman yang lebih kuat? Ataukah kita ‘telanjur nyaman’ dengan hidup suam-suam kuku saja? Tidak panas tidak dingin? Tidak ada visi? Tidak ada motivasi?
Mari, saatnya menepis semua dalih yang melemahkan, Mari tumbuhkan visi, memandang dengan cara baru,
Mari gelorakan gairah dan semangat kuat untuk hidup seperti Kristus,
Mari andalkan kuasa Roh Kudus yang memampukan,
Maka kelak, Kristus bersabda,” baik sekali hidupmu anakKu, terimalah mahkota kehidupan sejati!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar